Connect with us

News

Perusahaan di Indonesia Bakal Mengalami Serangan Siber Dalam 12 Bulan Kedepan

Published

on

Indonesia telah masuk ke era digital dimana segala sendi kehidupan masyarakat Indonesia telah terdigitalisasi.  Hal ini terlihat dari kegiatan sehari-hari kita yang tak lepas dari teknologi dan juga internet.  Jaringan 4G LTE yang semakin mapan di Indonesia mendorong masyarakat kita dan juga perusahaan menggunakan layanan internet melalui berbagai perangkat seperti komputer maupun gadget lainnya.

Tak hanya karena pandemi, digitalisasi layanan juga sudah dilakukan oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia sejak beberapa tahun lalu.  Perusahaan berlomba-lomba untuk terus memberikan kemudahan kepada para pelanggannya dengan memberikan layanan melalui aplikasi yang praktis.  Namun makin tingginya penggunaan layanan digital membuat keamanan data pelanggan menjadi rentan untuk dibajak.  Kini sudah banyak kasus terjadi bahkan data presiden Joko Widodo pun dengan mudahnya diretas dan disebarkan ke publik.

Trend Micro Incorporated yang merupakan perusahaan global dalam keamanan siber, mengungkap peningkatan risiko serangan siber dalam setahun terakhir. Berdasarkan survei terbaru, 81% perusahaan di Indonesia mengatakan kemungkinan bisa mengalami kebocoran data pelanggan dalam 12 bulan ke depan. Pada semester pertama 2021, Cyber Risk Index (CRI) melakukan survei ke lebih dari 3.600 bisnis dari berbagai ukuran dan industri di 24 negara, termasuk Indonesia.

“Berdasarkan temuan di Indonesia, kami melihat adanya peningkatan kekhawatiran akan risiko kebocoran data. Hal ini perlu mendapat respon cepat karena serangan siber menimbulkan dampak serius bagi perusahaan,” ujar Laksana Budiwiyono, Country Manager, Trend Micro Indonesia.

Hasil survei menunjukan tiga konsuekensi negatif akibat serangan siber yang paling menjadi perhatian di Indonesia, yaitu kehilangan kekayaan intelektual (termasuk rahasia dagang), gangguan atau kerusakan pada infrastruktur penting dan biaya jasa yang harus dikeluarkan untuk konsultan atau ahli dari luar perusahaan.  Ransomware dan Malicious Insiders merupakan dua dari jenis serangan siber yang menjadi perhatian utama perusahaan di Indonesia berdasarkan laporan CRI ini.