News
Satria Mengangkasa Daerah 3T Tak Lagi Merana
Pada Bulan Juni 2023 lalu. Satelit Republik Indonesia (Satria) 1 sudah mengangkasa dan kini sedang dalam perjalanan menuju orbitnya yang dijadwalkan akan tiba pada Desember 2023 ini dan siap beroperasi. Satria 1 merupakan satelit pertama Indonesia yang menggunakan teknologi Very High Throughput Satellite (VHTS) dan frekuensi Ka- band. Satelit ini mampu memberikan layanan internet lebih cepat, dan jangkauan lebih luas selama 15 tahun kedepan. Satelit ini memiliki kapasitas transmisi sebesar 150 Gbps, yang menjadikannya sebagai satelit dengan transmisi terbesar di Asia.
Satria 1 merupakan satelit yang didesain untuk melayani daerah Terluar, Terpencil dan Tertinggal (3T) yang sebagian besar ada di wilayah Indonesia Timur. Untuk itu Satria satu menempati slot orbit 146 derajat bujur timur yang ditujukan ke arah daerah 3T. Sejak awal perencanaannya, Satria 1 memang didesain untuk memperkuat infrastruktur TIK di wilayah Indonesia bagian timur. Hal ini untuk menghapus kesenjangan akses internet di Indonesia yang selama ini timpang antara wilayah Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur.
Satria 1 diharapkan dapat mempercepat transformasi digital yang diusung Presiden Jokowi sejak pertama kali dilantik menjadi presiden dan ada dalam salah satu program Nawacita nya. Luasnya wilayah Indonesia dan struktur geografis yang tidak mudah membuat pemerintah kesulitan membangun infrastruktur digital di daerah 3T yang dipisahkan oleh lautan, gunung dan hutan. Sehingga pemerintah mengkhususkan pembangunan infrastruktur digital sementara ini untuk fasilitas-fasilitas pendidikan seperti sekolah, fasilitas pemerintahan dan kesehatan dan TNI Polri di wilayah 3T.
Satelit Satria 1 akan menyediakan layanan internet cepat (WIFI) untuk layanan publik di beberapa fasilitas milik pemerintah tadi. Sehingga masyarakat dapat mengakses internet di tempat-tempat tersebut. Pemerintah berencana menyediakan akses internet di 93.900 sekolah, 47.900 fasilitas pemerintah daerah, 3700 fasilitas kesehatan dan 3.900 fasilitas militer milik TNI dan Polri. Satelit Satria yang dikendalikan dari Cikarang dengan backup di Banjarmasin ini memiliki 11 Gateway yang tersebar di beberapa pulau di Indonesia seperti di Papua, Sulawesi, Kalimantan, NTT, Jawa dan Sumatera.
Dalam Media Update yang diselenggarakan oleh Badan Aksesibiltas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) bersama Forum Wartawan Teknologi (Forwat) di Jakarta, Guru Besar FISIP Universitas Airlangga Surabaya Prof. DR. Henri Subiakto mengungkapkan bahwa hadirnya Satria 1 ini diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian digital di Indonesia yang memiliki potensi yang sangat tinggi di tahun-tahun mendatang. Karena ketika jutaan manusia terkoneksi secara teknologi (technologically interconnected), mereka juga terkoneksi secara sosial, politik dan ekonomi. Sehingga terhubungnya masyarakat Indonesia oleh jaringan internet pasti akan memberikan dampak secara ekonomi juga.
Lebih lanjut Prof. Hendi mengungkapkan bahwa Indonesia beruntung memiliki penduduk mayoritas usia produktif, karena usia produktif yang akan menjadi penggerak perekonomian Indonesia di masa depan. Diperlukan semangat, kultur yang melahirkan SDM yang bisa mengambil peluang bekerja dan berusaha karena lahan yang subur tak selalu melahirkan petani yang handal serta infrastruktur yang baik tak selalu membuat warganya produktif, semua butuh kerja keras. Lalu apakah Satria 1 ini dapat bermanfaat bagi kita? Semua tergantung kita sendiri apakah bisa memanfaatkannya dengan baik.