News
Akamai Antusias Menggarap Pasar Indonesia

Di tengah perkembangan internet yang semakin cepat mendorong semua lini kehidupan terutama dunia usaha mengadopsi layanan digital. Perkembangan yang pesat ditandai dengan semakin banyaknya perusahaan yang mengadopsi layanan digital memunculkan risiko masalah keamanan siber dan dibutuhkan Cloud Computing yang semakin baik. Hal ini untuk membantu mendorong inovasi yang lebih cepat dan lebih efisien bagi berbagai organisasi yang ingin mengubah model prediktif dan Large Language Models (LLM) menjadi tindakan nyata.
Akamai, perusahaan keamanan siber dan Cloud Computing yang mendukung dan melindungi bisnis secara online, telah meluncurkan Akamai Cloud Inference. Akamai Cloud Inference berjalan di Akamai Cloud, platform paling terdistribusi di dunia, untuk mengatasi berbagai keterbatasan yang terus meningkat dalam model cloud terpusat.
Solusi baru Akamai membangun dan menjalankan aplikasi AI serta beban kerja intensif data lebih dekat ke pengguna akhir. Hal ini memberikan throughput 3x lebih baik serta mengurangi latensi hingga 2,5x sehingga perusahaan-perusahaan yang menggunakannya dapat hemat hingga 86% dalam inferensi AI dan beban kerja AI agentik dibandingkan dengan infrastruktur hyperscaler tradisional.
Akamai yang sudah beroperasi di 130 negara di dunia juga mencoba untuk masuk ke pasar Indonesia yang cukup besar dan menarik ini. Akamai sendiri sudah memiliki pelanggan yang menggunakan layanan ini di Indonesia, khususnya infrastruktur GPU kami untuk menekan biaya. Bagi Akamai, tantangan regulasi di Indonesia tidak lebih sulit dibandingkan dengan negara-negara lain saat ini meskipun regulasi memang terus berubah.
Akamai jelas melihat Indonesia sebagai tempat yang layak untuk investasi karena menyimpan potensi yang sangat besar mengingat perkembangan internet yang semakin pesat. Itu sebabnya Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang kami pilih untuk membuka pusat data setelah mengakuisisi Linode.
Dalam sebuah wawancara virtual jarak jauh dengan TplusMagz, Jay Jenkins, CTO (Chief Technology Officer) untuk Cloud Computing di Akamai Technologies bercerita bahwa sebelum bergabung dengan Akamai, saya bekerja di Google. Dan saya masih ingat, di masa sebelum hadirnya Gojek—sebelum munculnya para unicorn dan decacorn yang ada di Indonesia saat ini—saat itu rasanya seperti Indonesia belum akan mengadopsi teknologi-teknologi baru.
Lebih lanjut Jaya mengungkapkan bahwa bandwidth di dalam negeri dulu sangat mahal. Jadi, menggunakan cloud bagi sebuah organisasi terasa seperti sesuatu yang tidak mungkin dilakukan, dan tampaknya tidak akan memberikan nilai yang sepadan. Namun, semuanya berubah dengan sangat cepat, dan saya rasa kemunculan para unicorn di Indonesia memberikan dampak yang sangat besar.
Jay juga pernah berbicara dengan banyak konglomerat besar yang kini juga memiliki pemimpin digital di dalam organisasi mereka yang benar-benar mendorong perubahan. “saya telah melihat perubahan itu terjadi di organisasi-organisasi tersebut. Jadi, saya sangat antusias dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia,” ujar Jay.
Untuk menjalin hubungan dengan banyak perusahaan di Indonesia, Akamai selalu melakukan diskusi yang sangat baik. Ada banyak potensi di Indonesia. Akamai merasa bahwa Indonesia memiliki perspektif yang sangat unik terhadap dunia.
“Kita sedang berbicara tentang sebuah negara yang sangat tersebar, terdiri dari banyak sekali pulau, dengan jumlah penduduk yang besar dan beragam tingkat akses terhadap teknologi. Oleh karena itu, dapat bekerja sama dengan organisasi-organisasi di Indonesia untuk mendemokratisasi akses terhadap teknologi—yang pada akhirnya juga mendemokratisasi akses terhadap e-commerce, informasi, dan pembelajaran—adalah sesuatu yang sangat penting dan membanggakan,” tutup Jay.
