Game

Begini Repotnya Jadi Pedagang Tahu Bulat

Published

on

Tahu Bulat Simulator

Kayaknya jarang banget ya kami mengulas game dalam negeri. Bukan apa-apa. Hanya saja produk impor masih berjubel dan itupun nggak mungkin semuanya bisa terdeteksi radar kami. Makanya kali ini kami akan mengulas game dalam negeri yang berjudul Tahu Bulat Simulator.

Game terbaru besutan Own Games ini mengisi slot baru di franchise Tahu Bulat. Hanya saja, kali ini Own Games menyuguhkan sesuatu yang spesial, yakni memberikan kesempatan kepada kita semua untuk menjajal rasanya jadi pedagang tahu bulat. Makanya di judulnya ada embel-embel “simulator”.

Jadi, di Tahu Bulat Simulator, Gadgetarian akan menjadi Akang Tahu yang berjualan tahu bulat di Kota Makanda. Berbekal mobil pickup yang sudah dipasang terpal serta diisi kompor, penggorengan, dan segala persenjataan lengkap pedagang tahu bulat, Gadgetarian bersama maskot Own Games akan menjalani hari demi hari berjualan tahu bulat.

Satu hal yang kami rasakan saat memainkan game ini: repotnya minta ampun. Serius. Namun, bukan repot dalam artian negatif melainkan positif. Eh, tapi ada negatifnya juga, sih. Itu dibahas nanti saja ya. Masuk ke bagian paling serunya dulu.

Own Games menggunakan sudut pandang orang pertama dan ketiga di Tahu Bulat Simulator. Sudut pandang orang pertama ketika berjualan. Nah, ini bagian paling seru. Gadgetarian benar-benar dibuat berada di posisi sebagai pedagang tahu bulat.

Sewaktu kami pertama kali bermain, kami repot setengah mati ketika ada pembeli karena ritual berdagang dimulai dari menyalakan kompor, menuang minyak goreng ke wajan, menggoreng tahu bulat, mengangkat dan memasukkan ke kotak penyimpanan tahu bulat yang sudah matang, memasukkannya ke plastik, menambahkan merica, garam, bubuk cabai hingga akhirnya memberikannya ke pembeli. Itu baru satu pembeli. Lha, kalau diserbu banyak pembeli?!

Dan Own Games mengemas sedetail itu supaya kita juga merasakan repotnya dikerubungi pembeli. Untungnya, seiring progres berjalan kami punya cara untuk mengakali serbuan pembeli yakni dengan cara menyiapkan terlebih dahulu tahu bulat untuk digoreng lalu disiapkan di kantong plastik. Barulah kami keliling atau mangkal.

Akan tetapi yang paling bikin heboh, segala proses yang sudah disebutkan tadi menggunakan kontrol sentuh yang sebenarnya tidak ada masalah, hanya saja seharusnya bisa dibikin lebih simpel. Contohnya, untuk memanaskan minyak, kami harus menggerakkan kursor dengan cara menggeser jari di layar hingga kursor berada di area kompor lalu pilih nyalakan, kemudian geser kursor lagi untuk mengambil minyak goreng dan menuangkannya ke penggorengan dengan cara yang sama.

Begitu pun dengan proses menggoreng dan menyiapkannya. Geser jari di layar untuk mengambil tahu bulat mentah dan geser lagi untuk memasukkan ke penggorengan lalu aduk. Lalu geser lagi jari untuk memasukkan ke kotak penyimpanan atau langsung ke plastik. Ketika ingin menambahkan kondimen sesuai permintaan pembeli, misalnya merica atau bubuk cabai, geser lagi kursor hingga ke arah kondimen, ambil lalu taburkan ke tahu. Semua itu membutuhkan kecepatan jari hingga kejelian dalam mengingat permintaan pembeli yang berbeda-beda, mulai dari jumlah tahu hingga kondimen apa saja yang mereka mau.

Gadgetarian bisa saja bolak-balik beralih antara pembeli satu dan yang lain serta pesanan yang tengah disiapkan karena ada pembeli yang maunya beli tahu cuma dua tapi kondimennya macam-macam, seperti bubuk cabai dua kali tabur, garam sekali tabur, dan lain-lain. Namun, proses bolak-balik melihat kembali permintaan pembeli jelas memakan waktu sementara semakin lama pembeli menunggu, itu pembeli bisa-bisa manyun. Serius. Ada beberapa pembeli yang pergi sambil ngomel-ngomel gara-gara kami kelamaan melayani pembeli yang lain.

Memang, sih, game menyediakan aksesoris untuk mempercepat pelayanan hingga menambah waktu menunggu bagi pembeli. Tapi ‘kan tetap aja… repot. Padahal, harusnya kontrol bisa dibikin lebih simpel. Misalnya, tap kompor untuk menyalakan atau tap botol minyak goreng untuk langsung menuangkannya ke wajan. Jadi nggak perlu, tuh, yang namanya dikit-dikit geser jari. Bahkan, ketika menaruh tahu bulat ke kotak penyimpanan juga harus satu persatu. Padahal, seharusnya game bisa menjadikannya lebih sederhana. Misalnya, game bisa merancang aktivitas menaruh tahu bulat ke kotak penyimpanan hanya dalam sekali tuang. Jadi, proses menaruh tahu bulat satu persatu hanya untuk ke kantong plastik saja karena disesuaikan dengan permintaan pembeli.

Mungkin Own Games sengaja merancang kontrol seribet itu supaya kami bisa sepenuhnya menyelami (ceileee) profesi sebagai pedagang tahu bulat. Karena sesungguhnya setelah beberapa lama kami bermain, kami akhirnya terbiasa dengan kontrol seperti itu. Entah terbiasa karena proses alami atau terbiasa karena terpaksa. Mau gak mau harus bisa. Tapi seru, sih. Hehehe.

Tantangan di game ini tak hanya berdagang saja karena developer juga memasukkan beberapa elemen yang cukup menarik. Contohnya, Gadgetarian harus pintar mengkalkulasi berapa banyak tahu bulat yang harus digoreng untuk hari itu karena kalau menyisakan tahu bulat di kotak penyimpanan hingga besok maka bisa-bisa tahu bulatmu bakalan lumutan.

Ada juga peraturan dilarang mangkal di persimpangan dan trotoar sehingga Gadgetarian juga harus pintar parkir mobil. Sebetulnya game juga menghadirkan tantangan yang datang dari mobil lain. Jadi, jika berhenti sembarangan dan menghalangi mobil lain bakalan di klaksonin. Sayangnya, tantangan itu nggak terlalu berefek karena bisa tetap lanjut dagang tanpa ada konsekuensi apapun.

Dan setelah sukses melayani pembeli, Gadgetarian akan mendapatkan bayaran yang jumlahnya tergantung dari jumlah tahu yang dibeli hingga kecepatan dan ketepatan dalam melayani permintaan tiap pembeli karena pembeli akan membayar lebih jika pelayanan cepat. Duitnya buat apa? Ya diputer buat beli gas LPG, minyak goreng, kantong plastik, kondimen, isi bensin, dan lain-lain. Belinya di mana? Kecuali bensin yang beli di pom bensin, untuk bahan-bahan dasar belinya di minimarket. Jadi, kalau mau beli bahan ya cari minimarket. Nah, di bagian inilah game menggunakan sudut pandang orang ketiga.

Selain berdagang, Gadgetarian juga bisa berkeliling kompleks, entah jalan kaki untuk sekadar menunaikan misi harian hingga naik mobil sambil mencari pembeli. Persis seperti pedagang tahu bulat betulan. Namun, tata letak kotanya kecil dan tampak seragam. Meskipun desain visualnya 3D, tetapi mulai dari warna bangunan hingga lingkungan terasa masih kurang hidup. Ada beberapa jalan yang ditutup, entah untuk keperluan gameplay atau memang suatu saat nanti akan dibuka ketika ada update terbaru.

Menjadi Kucing di Dunia Maya

Desain visual 3D yang digunakan seharusnya tergolong sederhana, tetapi entah kenapa seringkali game nge-lag. Padahal smartphone yang kami gunakan cukup kuat untuk main game lain dengan aset yang jauh lebih banyak dan ukuran jauh lebih besar. Dan di menu setting pun tidak ada pengaturan kualitas grafis. Berarti seharusnya game ini dirancang supaya bisa dimainkan dengan lancar di semua perangkat.

Untuk fitur-fitur lainnya biasa saja, tipikal game simulator lainnya. Gadgetarian bisa menyelesaikan misi harian untuk mendapatkan reward berupa koin, berlian, dan item-item lainnya. Ada pula iklan sebagai opsi untuk melipatgandakan reward atau untuk mendapatkan item yang sayangnya dibatasi. Jadi, beberapa kali kami hendak melipatgandakan reward tapi iklan tidak tersedia. Sementara untuk iklan yang sifatnya dadakan alias tiba-tiba muncul cukup jarang terjadi sehingga tidak terlalu mengganggu.

Oh iya, loading untuk masuk ke game termasuk lama. Mungkin akan diperbaiki di update mendatang karena sebenarnya game ini masih berstatus soft launch. Jadi, game ini jelas masih akan menghadirkan perbaikan kualitas termasuk penambahan fitur-fitur untuk memperkaya gameplay.

Yang jelas, untuk saat ini Tahu Bulat Simulator sudah menjalankan fungsinya dengan cukup baik dan tentunya seru meskipun gameplay-nya berpotensi repetitif. Meskipun masih diganggu dengan beberapa kekurangan yang cukup memengaruhi kenyamanan bermain, game ini tetap akan kami rekomendasikan kepada Gadgetarian.

GRATIS

(Google Play)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Developed by PT Meta Abadi Komunika (c) 2023