Coffee Break
Fenomena Entry Level Naik Kelas
Apakah Gadgetarian beberapa tahun belakangan merasa bahwa smartphone entry level kini semakin murah bahkan ditengah guncangan ekonomi dunia. Jika dilihat dari harganya maka memang smartphone entry level bukan semakin murah, tapi ya biasa saja. Namun jika kita lihat dari spesifikasi yang ditawarkan maka smartphone entry level kini bisa dibilang semakin murah, karena lebih banyak yang diberikan kepada pengguanya.
Bisa juga kita sebut bahwa ini adalah sebuah fenomena dimana smartphone entry level kini naik kelas dalam hal spesifikasi yang ditawarkan. Fenomena ini mengacu pada kondisi di mana spesifikasi smartphone entry level mengalami peningkatan signifikan yang membuatnya setara dengan spesifikasi perangkat mid-range 2-3 tahun sebelumnya.
Peningkatan kualitas di segmen entry level ternyata menimbulkan konsekuensi besar bagi pasar secara keseluruhan, terutama pada segmen mid-range di rentang harga Rp 2-3 juta. Peningkatan standar entry level menciptakan tekanan kompetitif parah, jika perangkat seharga Rp 1,5 jutaan sudah menawarkan RAM berkapasitas 8GB RAM, layar 120Hz, dan pengisian daya cepat 25W, produsen perangkat mid-range harus mencari diferensiasi yang jauh lebih kuat untuk mempertahankan nilai jualnya.
Baca juga: Entry Level Sejutaan dari Samsung
Strategi value-for-money yang diusung oleh vendor-vendor China menciptakan efek tekanan (squeezing) pada pasar kelas menengah. Batas bawah pasar entry level terus didorong dengan spesifikasi yang lebih tinggi, sementara inovasi yang terjadi di kelas flagship juga terus menaikkan batas atas. Hal ini adalah efek dari prinsip ekonomi bahwa harga sebuah teknologi akan semakin terjangkau dimana teknologi sekarang akan tergantikan dengan teknologi masa depan.
Akibatnya, segmen mid-range harus bergerak cepat untuk berinovasi, beralih fokus dari spesifikasi lama yang kini sudah “diacak-acak” entry level ke fitur premium yang sulit ditiru dengan biaya rendah, seperti teknologi AMOLED, optical image stabilization (OIS), atau neural processing unit (NPU) canggih. Smartphone entry level seperti ketiban durian runtuh karena teknologi di atasnya turun kepadanya sehingga membuatnya semakin canggih saja.
Hal ini juga tak lepas dari kebutuhan aplikasi-aplikasi digital jaman sekarang yang semakin rakus memori, sehingga jika dulu smartphoen entry level dipatok dengan memori (RAM) 1GB atau 2GB kini memiliki RAM sebesar 3GB hingga 4GB bahkan 6GB. Besarnya memori kini juga menjadi nilai jual yang menarik bagi smartphone entry level, sehingga konsumennya pun kini memburu smartphone dengan memori bebsar.
Chipset yang memang dirancang untuk smartphone entry level kini banyak tersedia dari berbagai merek sehingga harga juga semakin bersaing membuat harga smartphone entry level juga semakin terjangkau. Foto: Istimewa