Coffee Break
Cara Remaja Manfaatkan Layanan Digital
 
																								
												
												
											Siang itu Satrio bergegas ke sebuah tempat pencetakan di dekat rumahnya untuk mencetak gambar kereta api pada sebuah kertas karton tebal. Tak lama ia pun membawa pulang lima lembar kertas karton yang bergambar kereta api yang ia celtak tadi. Sesampainya di rumah, Satrio mempersiapkan sebuah meja lipat, penggaris, lem dan juga alat potong atau cutter. Tak lupa ia juga menyiapkan sebuah tripod mini dan smartphone yang diletakkan di depan meja. Smartphone yang digunakannya pun mulai merekam kegiatannya membuat kerajinan paper craft kereta api siang itu.
Membuat paper craft kereta api adalah hobinya sejak ia duduk di kelas 3 SD hingga kini saat dia duduk di kelas 6 SD di Cawang Jakarta Timur. Apa yang dilakukan Satrio pada awalnya adalah sebuah hobi untuk kesenangan dirinya sendiri. Namun berawal dari sebuah kegiatan bazar di sekolahnya terbersit niat untuk menjual paper craft kereta api buatnnya itu. Tak diduga teman-temannya banyak yang tertarik untuk membeli paper craft hasil karya Satrio dengan harga Rp 5.000.
Keberhasilannya menjual hasil kerajinan paper craft membuatnya semakin bersemangat untuk membuat berbagai paper craft kereta api. Awal mula ketertarikannya pada paper craft kereta api adalah ketika melihat video Youtube tiga tahun lalu. Ia pun akhirnya memiliki gagadan untuk juga membuat video pembuatan paper craft. Berbekal smartphone ayahnya, ia pun sudah membuat beberapa video pembuatan paper craft kereta api dan tayang di channel youtube miliknya.
Apa yang dilakukan Satrio merupakan kegiatan yang menarik dan positif karena banyak teman-teman sebayanya yang bisa melihat hasil karyanya melalui Youtube. Di era digital sekarang ini sangat sulit untuk tidak membuat anak kita terlibat dengan layanan digital seperti Youtube atau media sosial. Dan tak bisa dipungkiri terdapat dampak negatif layanan digital yang mengintai anak-anak, karenanya orang tua harus dapat menjaga dan mangarahkannya menjadi kegiatan yang positif.

Satrio saat membuat paper craft di meja lipatnya
Beda lagi dengan Jauhar Hibban, seorang mahasiswa semester awal jurusan IT di Unindra Jakarta ini sangat gemar bermain gim daring. Bahkan bersama kakanya ia berhasil memenangkan beberapa lomba dengan hadiah jutaan rupiah. Berbekal layanan IndiHome yang stabil di rumahnya, Hibban bersama kakaknya berlatih gim daring sebagai persiapan menghadapi turnamen. Hibban yang berdomisili di Daerah Halim Jakarta Timur ini pun tak lagi meminta uang jajan dari orang tuanya karena mendapatkan banyak hadiah dari kompetisi gim daring.

Jauhar Hibban saat memenangkan kompetisi eSport
Telkomsel Tawarkan Inovasi Solusi Digital
Di saat pandemi Covid-19 beberapa tahun lalu “memaksa” kita untuk berinteraksi secara digital dengan dunia luar termasuk di dunia pendidikan. Jutaan anak melakukan pembelajaran secara daring di rumah masing-masing dengan menggunakan jaringan seluler maupun Fixed Wireless Access (FWA). Disini orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan membimbing anak-anaknya sehingga dapat memanfaatkan internet dengan positif dan juga produktif.
Apa yang dilakukan Satrio dengan membagi kegiatannya membuat paper craft di Youtube dan Hibban yang menekuni hobi bermain gim daring merupakan hal yang positif dalam menikmati hobinya tersebut. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2023, 94,16% anak muda usia 16-30 tahun pernah mengakses internet dalam tiga bulan terakhir, sementara survei APJII 2025 menunjukkan 48% pengguna internet adalah remaja di bawah 18 tahun. Banyaknya anak muda atau remaja yang mengakses internet menjadi peringatan bagi orang tua untuk selalu waspada dan mengawasi anaknya saat berselancar di dunia maya agar tetap mengakses konten yang bermanfaat.
Telkomsel sebagai operator seluler terbesar di Indonesia dengan pelanggan yang per kuartal II 2025 tercatat sebanyak 158,4 juta juga pasti memiliki pelanggan remaja yang sangat banyak pula. Bahkan Telkomsel yang pernah menghadirkan Kartu AS pada 2013 menargetkan untuk menjaring pelanggan remaja. Meski kini tak ada lagi Kartu AS, Telkomsel tetap berupaya menjaga pelanggan remajanya dengan memberikan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan anak muda yang terjangkau.
Tak hanya produk, Telkomsel juga mengadakan berbagai kegiatan positif sebagai salah satu wujud tanggung jawab sosialnya kepada generasi muda. Telkomsel telah beberapa kali mengadakan berbagai kegiatan seperti Kompetisi Riset Nasional 2025 by tSurvey dan by.U” untuk mendukung riset akademik berbasis data bagi mahasiswa Indonesia. Telkomsel juga memiliki paket Ilmupedia untuk mengakses konten edukasi di berbagai platform serta e-learning kampus terdaftar mulai dari seribuan rupiah. Apa yang dilakukan Satrio dan Hibban adalah salah satu cara para remaja memanfaatkan layanan digital.
 
																	
																															 
									 
																	 
									 
																	 
									 
																	 
									 
																	 
									 
																	 
									 
											 
											 
											 
											 
											 
											 
											 
											