News
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional: AI Bisa Jadi Tool Penggerak Roda Ekonomi
Teknologi Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan kini tengah populer terutama setelah hadirnya chat GPT yang menimbulkan banyak kekaguman serta kekawatiran. Implementasi teknologi tersebut sebenarnya bukan baru terasa satu atau dua tahun belakangan, namun kemampuan AI kian membuat siapapun kagum hingga cemas karena anggapan bakal menggeser peran manusia. Namun dengan semangat berprasangka baik maka mari kita ambil sisi positifnya saja dan jangan sisi negatifnya.
Di beberapa industri, pemanfaatan AI sudah lama diterapkan dan terbukti meningkatkan efisiensi dan akurasi produk di industri manufaktur. Namun kemudahan menggunakannya kini sudah ada di semua lini termasuk di dalam genggaman kita seperti AI yang ada pada smartphone kita. Lalu apa yang harus kita sikapi dengan AI ini?
Berlokasi di Indonesia Convention Center (ICE) di BSD City, Tangerang, Medcom.id menggelar acara diskusi panel ‘Tech Talk’ bertajuk ‘Artificial Intelligence dan Indonesia di Era Digital’ pada hari Minggu, 13 Agustus 2023. Acara ini digelar bersamaan dengan ajang Gaikindo Indonesia International Auto Show (GIIAS) 2023. Diskusi panel ini dihadiri oleh Laksana Tri Handoko Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Agus Trisusanto, VP Digitaliasi Kelistrikan Divisi Management Digital PLN, Defi Ariyami Head of Business Development Widya Wicara, dan Usman Kansong Dirjen Komunikasi Publik Kemenkominfo.
Laksana Tri Handoko Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkapkan bahwa AI merupakan teknologi yang berbasis data, sehingga yang harus kita perhatikan adalah big data bukan AI nya. “AI hanya soal satu hal, yaitu bagaimana bisa memanfaatkan big data. Sekarang, kita harus mulai pikirkan Bersama komunitas sehingga bisa menemukan model bisnis yang sesuai, dan AI bisa jadi tool penggerak roda ekonomi,” ucapnya.
Laksana juga mengungkapkan keberagaman budaya Indonesia seperti bahasa bisa menjadi keunikan yang bisa menguntungkan Indonesia. Artinya AI yang berbasis data dari kearifan lokal Indonesia bisa menguntungkan kita dan menjadi nilai tambah dibanding data yang dimiliki Google secara global. Data kearifan lokal kita hanya akan dimiliki oleh Indonesia dan bisa dimanfaatkan oleh kita sendiri termasuk para starup mengingat jumlah penduduk kita yang sangat banyak.
Untuk itu pemerintah perlu membangun big datanya sendiri yang menurut Laksana yang servernya ada di Serpong dan juga Cibinong dan akan terus ditingkatkan. Menurut Laksana, negara atau pemerintah sebenarnya sudah sangat menyadari terhadap perkembangan teknologi Artificial Intelligence (AI). Faktanya, pemerintah bahkan sudah merilis Peraturan Presiden tentang Strategi Nasional (Stranas) Percepatan Penyelenggaraan Kecerdasan Artifisial sejak tahun 2020. “Kami sedang memproses PerPres terkait strategi nasional untuk AI, tapi kami tidak ingin hanya sekadar mengatur,” ungkap Tri Handoko.