News
Dampingi Anak dalam Penggunaan AI

Beberapa waktu lalu, seorang teman mengatakan bahwa kini ketika anaknya mengerjakan PR di rumah sudah menggunakan bantuan Chat GPT. Apa yang diceriatakan seorang teman ini menunjukkan bahwa kini penggunaan AI atau kecerdasan buatan sudah semakin masif dan banyak digunakan oleh semua kalangan untuk apa saja termasuk menggunakan AI untuk mengerjakan PR meski penggunaan AI untuk anak-anak tetap harus dengan pengawasan orang tua.
Produsen komputer HP mengungkapkan bahwa 89%-90% kerja gen Z dan milenial sudah menggunakan Ai untuk bekerja. Hal ini juga membuktikan bahwa AI kini mulai tak terpisahkan dari kegiatan manusia karena AI adalah bagian mendasar dari diri kita dan cara kita berprestasi. AI bukan lebih cerdas dari manusia, AI hanya sebuah mesin yang mampu menyimpan triliunan data untuk dapat diolah dengan cepat. Karenanya AI membutuhkan asupan makanan berupa data dari kita.
Dalam sebuah acara workshop Forum Wartawan Teknologi (Forwat) bersama HP dan Microsoft terungkap bahwa para pakar mengungkapkan jangan percaya 100% kepada AI, hal ini karena AI menerima asupan data dari mana saja entah benar atau salah, karenanya kita juga harus bisa menyaringnya. Lalu bagaimana dengan penggunaan AI pada anak-anak? Karen Kusnadi, Communications Lead Indonesia Microsoft kepada TplusMagz mengungkapkan bahwa Microsoft Indonesia turut melakukan edukasi untuk melindungi efek buruk dari AI. Microsoft memiliki beberapa program untuk mengedukasi dunia pendidikan terhadap pemanfaatan AI.
Lebih lanjut Karen mengungkapkan bahwa Microsoft tak hanya mengedukasi tentang penggunaa AI-nya tapi juga memberikan pelatihan agar bisa berpikir kritis. Sehingga tidak hanya bertanya kemudian copy paste tapi juga kemudian bisa mengolah kembali informasi yang diberikan oleh AI. Untuk itu Microsoft banyak bekerjasama dengan sekolah-sekolah untuk mengedukasi teknologi AI seperti program Microsoft Innovatif Educator Expert. Program ini mengedukasi para guru yang nantinya secara aktif akan mengajarkannya kepada anak-anak muridnya untuk kemudian bisa menggunakan Ai ini dengan prinsip-prinsip yang bertanggung jawab.
“Microsoft memang belum melakukan edukasi langsung ke anak-anak di sekolah namun yang dilatih Microsoft adalah gurunya karenanya program ini disebut training of trainer t o t program jadi gurunya dulu nih yang kita latih. Setelah gurunya paham dan mengerti, kemudian gurunya yang dipercayakan untuk menyampaikan kepada murid-muridnya begitu,” ujar Karen. Microsoft kendiri sudah melakukan pelatihan di banyak daerah seperti yang baru-baru ini di Nusa Tenggara Timur, sehingga program edukasinya tak hanya di Jawa saja.
Pada dasarnya AI yang bahkan sudah ada sejak perang dunia II ini merupakan teknologi yang akan membantu manusia bukan menggantikan manusia. Sehingga butuh kratifitas dan intelektualitas kita untuk menggunakan jasa AI dalam mempermudah pekerjaan kita sehari-hari dan tidak mempercayakan 100% informasi yang keluar dari AI.

Karen Kusnadi, nomor dua dari kiri bersama para petinggi HP saat acara Workshop AI dengan Forum Wartawan Tekno di Jakarta.
