Connect with us

Game

Gim Kemasan Magis Horor Psikologis

Published

on

Kayaknya sudah cukup lama kami tidak memainkan gim ber-genre horor yang benar-benar menegangkan dan bikin penasaran. Sekalinya main game horor biasanya lebih ke mekanisme permainannya ketimbang benar-benar meresapi atmosfer horornya. Mental Haze menyuguhkan sesuatu yang melebihi ekspektasi kami karena sebenarnya kami tidak langsung memainkan game ini setelah mengunduhnya. Ada jeda beberapa minggu, barulah kami memainkannya. Kok bisa? Ya karena kami sempat meremehkan gim ini. Ada rasa tidak yakin setelah mengunduhnya, tapi ragu untuk menghapusnya.

Takutnya Mental Haze hanya sekadar game horor numpang lewat saja. Nyatanya, kami betah memainkan untuk pertama kalinya hingga dua jam lebih. Ketika kita lupa waktu saat memainkan game, itu tandanya kita benar-benar menikmati pengalaman yang disajikan. Seperti itulah Mental Haze, sebuah game horor yang kuat di sektor cerita dan bikin kami lupa waktu.

Di Mental Haze, kami memainkan tokoh utama bernama Walter Miller yang sedang dalam misi mencari istrinya yang hilang. Salah satu aspek yang bikin kami terkesima saat memainkan game ini terletak pada visualnya. Mental Haze menyuguhkan dunia pixel art 2D yang ciamik. Mulai dari pencahayaan hingga detail-detail menarik, seperti bayangan ketika karakter berjalan hingga pantulan di cermin, semuanya tampil apik. Bahkan, visualnya mengandung elemen gore alias berdarah-darah di beberapa kesempatan yang cukup disturbing.

Animasinya pun terasa kaya oleh layer. Ada beberapa momen ketika karakter berjalan di luar, game menyuguhkan animasi pergerakan hingga perubahan perspektif lingkungan yang terasa dinamis. Melihat rimbunnya pepohonan di taman, rintik hujan hingga bangunan saja sudah bikin kami sumringah. Belum menghitung aspek pencahayaannya.

Aspek pencahayaan jelas menjadi salah satu aspek penting di dalam gim horor, dan hebatnya, Mental Haze tidak hanya bergantung pada pencahayaan temaram saja sebagai sarana bikin merinding karena berkat kesuksesan meramu antara ambience dan cerita, bahkan di suasana terang pun Mental Haze tetap bikin deg-degan. Emang ceritanya tentang apa, sih?

Yang jelas, saat memainkan Mental Haze seketika kami teringat dengan film Rosemary’s Baby, film horor-psikologis karya Roman Polanski yang dirilis tahun 1968. Mental Haze memiliki cerita yang mirip-mirip film legendaris tersebut, hanya saja berbeda sudut pandang. Nah, dari sinilah game mulai memainkan aspek visualnya yang di beberapa momen terasa sangat sureal.

Kendali di gim ini simpel. Ada tombol ke kanan-kiri, tombol untuk berinteraksi, dan tombol untuk mengakses inventori. Ketika karakter menelusuri jalan, lorong atau bagian dalam bangunan, game akan menampilkan simbol tanda tanya “?” di atas kepala karakter yang artinya objek tersebut bisa diajak berinteraksi atau diakses, mulai dari membuka pintu, menuruni/menaiki tangga, membaca catatan hingga mengambil beragam objek. Dari objek atau benda-benda di sekitar yang sudah diambil, ada yang bisa langsung digunakan dan ada yang harus dikombinasikan terlebih dahulu.

Objek-objek yang ada berkaitan erat dengan membuka tempat atau area yang tertutup hingga menyelesaikan puzzle atau teka-teki. Ngomong-ngomong soal puzzle, Mental Haze sesungguhnya tidaklah susah-susah-banget. Kuncinya ada pada mengingat beragam benda yang ditemui. Ada momen lucu ketika kami menjumpai ranjang bayi kosong di satu ruangan dan menemukan boneka lusuh di ruangan lain. Kami sempat bingung harus diapakan bonekanya karena lupa kalau sebelumnya kami sudah melihat ranjang bayi.

Ada pula puzzle yang mengharuskan kami bolak-balik pindah ruangan untuk melihat dan menghafal simbol sambil dikejar-kejar makhluk menyeramkan. Nah, bicara soal makhluk menyeramkan, desain monster di Mental Haze cukup menyeramkan dengan satu monster utama yang desain karakternya sukses mengubah atmosfer horornya menjadi bernuansa sureal. Sayangnya, cara menghadapi para monsternya terbilang biasa saja walaupun tetap bikin repot. Ada yang bisa diusir dengan cahaya, ada pula yang mengharuskan untuk kabur.

Bahkan, ketika tahu cara menghadapi monsternya, tingkat ketegangan berkurang meski elemen jumpscare-nya tetap ngagetin. Yang penting jari harus cepat bereaksi memencet tombol arah. Itu kekurangan pertama. Kekurangan kedua terletak pada sektor audio. Sebenarnya Mental Haze memiliki efek-efek suara yang cukup realistis, mulai dari langkah kaki, derit lantai, suara hujan hingga efek-efek suara menyeramkan, seperti teriakan.

Berburu Mahluk Menyeramkan

Sayangnya, ada momen ketika kami harus menghadapi monster di kegelapan dan hanya berbekal korek sebagai sumber cahaya, elemen suaranya seakan tidak memberikan bantuan. Kami tidak bisa memperkirakan dari arah mana datangnya monster yang berlari mendekat. Kami mengira elemen suara di beberapa momen akan dibuat sebagai bantuan non-visual ketika visibilitas sangat terbatas, semisal pemain dibuat tahu monster akan menyerang dari arah depan atau belakang berdasarkan dominasi suara paling kencang terdengar datang dari arah telinga kanan atau kiri. Nyatanya, bahkan saat kami mengenakan earphone, sama sekali tidak membantu. Audio hanya sebatas memperkuat atmosfer horornya saja dan tidak sekalian dijadikan bantuan non-visual.

Hal tersebut diperparah dengan titik area datangnya monster yang tetap sama sehingga kami jadi tahu di titik-titik mana monster di kegelapan akan menyerang, tapi tidak tahu akan datang dari arah mana. Untungnya, kekurangan tersebut tidak terjadi di semua momen menegangkan. Ada momen di satu area yang selalu bikin kami terkejut karena datangnya monster sama sekali tidak terduga dan acak meski kami mengulang beberapa kali karena terbunuh. Walaupun sudah tahu cara menghindarinya, tetap saja jari agak gemetar memencet tombol untuk kabur.

Sementara untuk kekurangan ketiga ada di cerita. Sebenarnya kami tidak bisa sepenuhnya menilai sektor cerita sebagai sebuah kekurangan karena cerita yang ditampilkan sesungguhnya sangat kelam dan bikin penasaran. Hanya saja tema besarnya sudah bisa ditebak sejak awal dan sudah pernah kami lihat beberapa kali sebelumnya dan mungkin saja sudah digunakan berulang kali di game horor lainnya. Namun, di beberapa momen game memberikan kami pilihan. Ada situasi tertentu ketika cerita memberikan kami pilihan akan melakukan apa atau memberikan respon seperti apa. Bukan hal yang istimewa.

Selebihnya, Mental Haze sangat seru untuk dimainkan. Dengan visualnya yang menarik, cerita yang kelam, atmosfer horor yang depresif hingga puzzle yang cukup menantang, Mental Haze sangat kami rekomendasikan untuk dicoba. Apalagi dengan harganya yang gratis, sama sekali tidak ada iklan di game ini. Kalau Gadgetarian penasaran dengan gameplay sekaligus keseluruhan jalan ceritanya, ya langsung saja unduh dan rasakan sendiri bertualang di dunia horor-psikologis pixel art. Oh iya, sedikit peringatan. Mental Haze memiliki beberapa adegan kekerasan dan kematian yang cukup sadis. Jadi, game ini bukan untuk semua umur.

GRATIS

(Apple App Store, Google Play)

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *