News
Honor Datang, Hatipun Riang

Honor akhirnya melenggang di Indonesia dengan 3 varian produk dengan beberapa segmen dengan kualitas yang cukup bagus dan memiliki value for money yang cukup pas. Honor yang dulunya menggunakan nama besar Huawei itu memperkenalkan Honor 9 Lite seharga Rp2.499.000, Honor 7X dengan harga Rp3.499.000 serta Honor View 10 dengan harga Rp7.299.000. Fitur dan teknologi yang ditawarkan Honor pada ketiga ponsel barunya itu sesungguhnya tak ada yang baru. Bahkan Honor View 10 yang menjadi ponsel termahal diantara ketiganya ini mengunggulkan kecanggihan AI di dalamnya yang juga sudah ada di ponsel lainnya. Namun Honor View 10 memiliki keunggulan harga yang sangat terjangkau dibanding kompetitornya yang mematok harga diatas Rp10 jutaan.
Di awal perkenalannya George Zhao selaku President Honor menyebut harga yang tak tertandingi sebagai slogan utama jualannya. Honor yang mengklaim dirinya sebagai merek nomor satu di Tiongkok pun menyebut telah diterima di daratan Eropa dan Amerika Serikat dan terus berusaha untuk menjadi nomor satu. Melihat apa yang diungkapkan George Zhao mengundang anggapan bahwa Honor memang ingin menguasai pasar Eropa. Namun Honor juga akan ekspansi di beberapa negara di Asia Tenggara seperti Indonesia saat ini.
Entah mengapa saya pribadi kok pesimis dengan hadirnya Honor di Indonesia akan menuai sukses. Hal ini bukan karena kualitas ataupun harganya namun karena namanya. Untuk pasar Eropa dan Amerika Serikat nama Honor memiliki arti yang sangat baik dan dapat mewakili pemakainya yang merasa bangga dan terhormat karena Honor sendiri dalam bahasa Inggris memiliki arti kehormatan atau terhormat. Namun ketika masuk ke Indonesia Honor akan banyak menjadi bahan tertawaan karena Honor memiliki arti sebagai upah. Jika ada dalih bahwa Honor menjadi nomor satu di Tiongkok karena memang nama Honor tak memiliki konotasi yang negatif sehingga cocok begitu pula di negara-negara berbahasa inggris.
Apa yang dilakukan Honor ini mirip dengan Nubia yang lepas dari ZTE dan gagal di Indonesia meskipun sukses di Tiongkok. Salah satunya karena Nubia sangat tidak dikenal di Indonesia dan sangat minim sosialisasi. Apakah Honor akan mengalami hal yang sama? Kemungkinan kegagalan seperti Nubia masih terbuka lebar namun bukan berarti tak bisa diredam. Mungkin dengan promosi dan sosialisasi yang tak pernah berhenti akan membantu walau sangat sulit rasanya. Bahkan BlackBerry yang namanya sudah sangat mengakar di Indonesia ternyata gagal saat kembali “berperang” di pasar Indonesia. Selamat berjuang semoga lancar honornya, Honor datang hatipun riang.
