Connect with us

Coffee Break

Masa Depan Manufaktur akan Bergantung pada Open Source

Published

on

Teknologi manufaktur di dunia kini semakin maju dan semakin efisien dengan bantuan berbagai teknologi digital dan komputasi termasuk diantaranya open source.  Di negara-negara maju industri manufakturnya sudah semakin mapan dengan otomasi yang semakin banyak diterapkan.  Lalu bagaimana masa depan manufaktur di dunia?

Francis Chow, vice president and general manager, In-Vehicle Operating System and Edge, Red Hat memaparkan bagaimana masa depan manufaktur.   Francis Chow memaparkan bagaimana manufaktur bisa mempercepat transformasi dan tetap di depan dalam kompetisi di tahun 2024 dan seterusnya.

Komputasi edge dan AI tengah mendorong transformasi yang tak terhindarkan di sektor industri. Manufaktur mulai mendobrak penghalang antara IT dan OT (mesin sebenarnya di pabrik) untuk membuat shop floor (area produksi di manufaktur) menjadi lebih efisien dan inovatif untuk mengimbangi laju pasar global yang semakin kompetitif.

Di Red Hat, kami berfokus untuk membantu industri manufaktur dalam evolusi ini melalui beberapa cara, di antaranya: menyediakan platform edge yang konsisten untuk menyederhanakan kerumitan deployment, pemeliharaan, dan operasional; memberikan biaya operasional yang lebih rendah, dan waktu ketersediaan di pasar yang lebih cepat dengan solusi yang berkualitas, unggul dan aman; menggunakan pendekatan open source untuk berinovasi dan berkolaborasi dengan lebih cepat demi operasional yang lebih cerdas dan efisien.

Pabrik cerdas, atau pabrik berbasis softwarememainkan peran penting dalam meningkatkan kecepatan manufaktur dalam berinovasi. Menurut laporan dari McKinsey, ”Manufaktur yang cerdas berpotensi meraih nilai hingga US$3,7 triliun hingga tahun 2025, mendorong pertumbuhan, inovasi dan daya saing di semua sektor.” Namun ini tidak terjadi dalam semalam. Untuk mewujudkannya, manufaktur harus mengubah sistem terintegrasi software/hardware pesanan yang serba tradisional dan hanya berfungsi tunggal, menjadi platform yang bisa menjadi host beberapa fungsi, memanfaatkan otomatisasi dan dikelola dalam skala besar.

Mereka juga harus membangun dan mengoperasikan fungsi tersebut dengan cara yang sama dari cloud ke edge, dan dari sistem scale-out besar ke form factor kecil untuk pengembangan dan pengujian yang lebih mudah, dan akhirnya deployment dan manajemen. Mari melihat beberapa contoh bagaimana Red Hat bekerja dengan ekosistem kami untuk menjalankan upaya-upaya ini.

Kami bekerja sama dengan Intel dalam berbagai inisiatif strategis. Kami baru-baru ini mengumumkan bahwa kami menyediakan platform otomatis dengan kemampuan keamanan yang ditingkatkan yang menyediakan interoperabilitas dan resiliensi operasional. Hal ini bisa bervariasi, mulai dari kontrol area produksi (shop floor) secara real time dan kecerdasan buatan/machine learning (AI/ML), hingga pengelolaan penuh di semua server dan mesin.

Pada akhirnya, ia memberikan pilihan yang lebih besar bagi pelanggan untuk gravitasi data atau arsitektur bergaya edge-to-cloud dan overall equipment efficiency (OEE) yang sudah ditingkatkan. Kami juga sudah bekerja sama membangun pusat solusi edge industri dan test bed industri terbuka untuk zona kolaborasi terkendali, dengan pelanggan dan mitra. Codesys, vendor software independen terdepan, telah bergabung dan berkontribusi terhadap virtualisasi dan containerization kendali industri (soft-PLC). Dan banyak lagi.

Untuk menjelaskan hal ini secara awam – bayangkanlah seperti mengotomatisasi tugas-tugas pengendalian mutu, pengecekan tekanan dan suhu, konsumsi energi, dan banyak lagi. Dengan menciptakan pabrik berbasis software, kita bisa mengarahkan kembali sumber energi dari sekadar menjalankan berbagai tugas menuju ke hal-hal yang akan melahirkan inovasi.

Lalu bagaimana penerapan semua teknologi maju ini pada negara yang memiliki sumber daya manusia yang melimpah seperti Indonesia?

Continue Reading
Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *