News
ISP Lokal Indonesia Sulit Bersaing
Indonesia menghadapi tantangan besar terkait kualitas dan konsistensi broadband antara ISP skala besar dan ISP lokal. Kesenjangan diantara keduanya terlihat jelas dalam beberapa aspek utama, seperti kecepatan, latensi, ketersediaan jaringan, dan keandalan koneksi. Hal ini terungkap dalam laporan perusahaan analitik seluler global Opensignal yang merilis analisis terbarunya terkait penyedia layanan internet (ISP).
Pengguna di ISP skala besar umumnya memiliki pengalaman penggunaan fixed broadband yang lebih konsisten dibanding dengan pengguna ISP lokal. Namun untuk Indonesia, perbedaannya terlihat lebih besar, mencapai 17,2 poin persentase. Perbedaan ini bahkan lebih terlihat dari skor Kualitas Konsistensi Broadband terendah di antara negara negara yang dianalisis, baik untuk ISP skala besar maupun ISP lokal. Segmen ISP lokal di Indonesia jauh tertinggal dengan skor ISP lokal di negara lain.
Beberapa faktor yang memengaruhi kesenjangan ini antara ISP besar dan lokal di Indonesia diantaranya adalah infrastruktur dan investasi. ISP besar biasanya memiliki akses ke infrastruktur yang lebih baik dan lebih besar, serta anggaran yang cukup untuk berinvestasi dalam teknologi terbaru. Mereka memiliki kemampuan untuk menyediakan layanan broadband yang lebih cepat dan lebih stabil, terutama di kota-kota besar dan wilayah yang lebih berkembang. Sebaliknya, ISP lokal sering kali memiliki keterbatasan sumber daya untuk membangun infrastruktur yang memadai, terutama di daerah pedesaan atau wilayah dengan densitas pengguna yang rendah.
Sementara itu faktor lain yang memengaruhi adalah karena ISP besar dapat memanfaatkan skala ekonomi untuk menurunkan biaya operasional mereka dan memberikan harga yang lebih kompetitif, sambil tetap mempertahankan kualitas layanan yang lebih konsisten. ISP lokal, meskipun dapat menawarkan harga yang lebih terjangkau, sering kali kesulitan dalam memberikan layanan dengan kecepatan dan latensi yang stabil, karena mereka memiliki kapasitas yang terbatas dan cakupan yang lebih kecil.
Keterbatasan dalam teknologi juga sering menjadi salah satu penyebeb kurang berkembangnya ISP lokal. ISP besar sering kali memiliki akses yang lebih baik ke teknologi terbaru, seperti fiber optik dan 5G, yang memungkinkan mereka untuk menawarkan layanan broadband dengan kecepatan yang lebih tinggi dan koneksi yang lebih andal. ISP lokal mungkin terhambat oleh keterbatasan dalam memilih teknologi yang lebih tua atau kurang efisien, seperti DSL atau wireless broadband, yang dapat memengaruhi kualitas koneksi mereka.
Kebijakan pemerintah juga memainkan peran penting dalam membentuk iklim persaingan dan pengembangan infrastruktur broadband. ISP besar mungkin lebih mampu beradaptasi dengan perubahan regulasi dan mematuhi standar kualitas, sementara ISP lokal mungkin menghadapi hambatan yang lebih besar dalam hal regulasi dan pembiayaan untuk mengembangkan jaringan mereka.
Keandalan atau konsistensi koneksi menjadi masalah penting di Indonesia. ISP besar biasanya lebih mampu menyediakan SLA (Service Level Agreement) yang jelas dan memadai, serta memiliki tim dukungan yang lebih terorganisir untuk menangani gangguan layanan. Sementara itu, ISP lokal mungkin menghadapi masalah lebih besar dalam memastikan jaringan tetap stabil, terutama di daerah-daerah yang lebih terpencil.
JangkauNet adalah salah satu contoh ISP lokal yang melayani area Jakarta, Bogor, dan Bekasi. JangkauNet menyediakan layanan internet dengan izin ISP dan Jaringan Tetap Lokal Berbasis Paket Switched (Jartaplok PS) dari Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia.
Bagi pengguna, kesenjangan ini berarti bahwa mereka mungkin akan mengalami pengalaman yang berbeda bergantung pada ISP yang mereka pilih. Pengguna di area yang lebih terlayani dengan baik oleh ISP besar cenderung menikmati kualitas internet yang lebih cepat dan lebih stabil, sementara mereka yang menggunakan ISP lokal—terutama di daerah rural—mungkin akan menghadapi kualitas layanan yang lebih buruk, dengan koneksi yang lebih lambat dan lebih sering terputus.